Sewaktu kalian ada di bangku SMP mungkin pernah merasakan yang namanya berkemah, dikampung saya biasa disebut kemping. Kegiatan seperti ini dulu membuat saya dilema, antara semangat berapi-api dan yah, sudah pasti harus keluar uang lebih.
Ketika itu sekolah mengadakan acara kemping yang bertempat di lapangan sepak bola tetangga desa kami yaitu desa Sindangbarang. Kalau tidak salah kegiatan ini dilakukan selama 2-3 hari dan ini adalah kali pertama saya melakukan kegiatan jauh dari orang tua.
Akhirnya akupun memberitahu orang tua tentang kegiatan tersebut. Mereka mempersiapkan segala perlengkapan mulai dari pakaian, makanan, dan lain sebagainya. Yang paling ribet adalah aku ditugaskan untuk membawa tikar. Aku lupa diberi bekal berapa, yang jelas saat kemping berlangsung aku adalah salah satu anak yang paling sedikit jajan, bukan karena hemat tapi yaa ... sudahlah.
Tas besar dengan tentengan tikar warna warni seperti anyaman, badan kurus, baju dan celana kebesaran, alas sepatu bolong dibagian tumit. Aku membayangkan diri ini berada pada saat itu, berjalan dengan itu semua melewati kebun dan empang karena kalau melewati jalan biasa banyak orang lalu lalang, aku malu dengan gembolan besar tas penuh kaputan/jahitan dan membawa tikar yang kami sebut samak ini.
Singkat cerita sampailah di sekolah dan sudah ramai dengan anak-anak lainnya, bahkan ada banyak yang sampai diantar oleh orang tuanya, tak lama kami pun berangkat menuju desa tetangga. Perjalanan terasa cukup jauh kala itu karena aku sangat jarang sekali bepergian, kami semua begitu ceria dengan adanya kegiatan ini.
Setelah sampai di tempat kemah, kami pun mencari kavling yang sudah disediakan panitia untuk memasang tenda. Kami saling bekerja sama sesegera mungkin mendirikan tenda untuk mengalahkan tenda lain yang sedang dibangun juga sekaligus caper dengan para siswi. Lalu tidak lama selesailah tenda kami, dari yang biasanya main tenda-tendaan kini merasakan rebahan dibawah tenda beneran untuk pertama kalinya, yaa biarpun cuma terpal.
Setelah semua beres kami pun membongkar isi tas kami semua dan hasilnya yaa ... sudahlah. Yang sama hanya bekal nasi + Mie goreng. Kegiatan demi kegiatan kami lalui, ada momen dimana aku tidak merasakan yang teman-temanku rasakan.
Sore itu, saat kegiatan kemah masih berlangsung, banyak orang tua atau saudara murid datang menjenguk. Anak-anak pun dengan gembira keluar tenda menuju jalan menemui orang tua atau saudara mereka. Aku sendiri tidak yakin apakah orang tuaku atau kakakku akan datang kesini atau tidak.
Tapi karena iri dan penasaran akupun pergi menuju jalan dimana orang-orang berkumpul. Aku perhatikan orang-orang satu persatu dari ujung ke ujung barangkali ada orang tuaku menunggu biarpun hanya untuk sekedar melihat anaknya. Tapi, yang aku lihat hanya senyum dan canda orang tua lain yang dengan bangga melihat anaknya sedang berkemah.
Karena kurang yakin, akupun mencoba sekali lagi untuk melihat orang-orang dari ujung barangkali orang tuaku tidak melihatku karena badan pendek dan kurusku. Dengan pelan dan seksama aku perhatikan orang-orang sambil jinjit-jinjit dan mendongkakan kepala, satu demi satu aku perhatikan orang-orang, sekilas aku merasa melihat tapi itu hanya halusinasi akibat harapan yang terlalu tinggi.
Mereka begitu bahagia melihat keluarganya datang menjenguk membawa makanan dan memberikan uang. Lalu apa yang aku lakukan ?Aku hanya berdiri saja, karena baru sehari uang jajanku sudah habis.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar